ANALISA PERBANDINGAN KESIAPAN PERBANKAN SYARIAH INDONESIA DENGAN MALAYSIA DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015

Standar

3Tidak terasa dua tahun lagi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang dicita-citakan akan kita lintasi. Masyarakat ASEAN seharusnya bergembira. Ya, bagaimana tidak,  komunitas regional yang diproyeksikan dapat menjaga stabilitas politik dan keamanan regional ASEAN, meningkatkan daya saing kawasan secara keseluruhan di pasar dunia, mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan, mengurangi kemiskinan dan meningkatkan standar hidup penduduk negara anggota ASEAN segera siap terwujud[1]. Namun pertanyaannya, apakah negara-negara ASEAN telah siap berbagi “kue” tujuan yang telah berasama disepakati? Atau egoisme memperkaya negara sendiri menjadi nahkoda dari bergeraknya “kapal” besar Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)?

Namun, tinta hitam tandatangan para “pembesar” telah tertulis. Bali pada tahun 2003 lalu telah menjadi saksi tekat para kepala negara ASEAN mempercepat terbentuknya MEA di tahun 2015. Pena takdir telah diangkat, tinta abadi takdir Allah pun telah mengering, bahwa MEA memang keniscayaan yang harus ditempuh oleh Indonesia sebagai anggota. Tidak semua rintangan, lebih kepada tantangan yang harus menjadi triger memajukan dan meraih tujuan bersama yang telah termaktub dalam blue print MEA 2015. Lalu sebatas apa Indonesia siap?

Dampak utama MEA adalah semakin terjadinya liberalisasi ekonomi dikawasan ASEAN. Blue Print MEA 2015 memberikan panduan bahwa akan terjadi arus bebas ekonomi setidaknya dari beberapa hal; barang, jasa, investasi, modal dan yang terpenting dalam pembahasan ini adalah investasi ataupun modal yang lebih spesifik pada usaha perbankan. Bila tidak bersiap tentu 40% “kue ekonomi” ASEAN di Indonesia akan “dicaplok” negara- negara tetangga.

Salah satu negara yang menjadi kompetitor perbankan syariah Indonesia adalah Malaysia. Industri perbankan kedua negara ini akan menjadi motor penggerak Perbankan Syariah di ASEAN.

Perbankan Syariah Indonesia

Indonesia yang sebagian besar penduduknya adalah Muslim membuat negara ini menjadi pasar terbesar di dunia bagi perbankan syariah. Besarnya populasi Muslim itu memberikan ruang yang cukup lebar bagi perkembangan bank syariah di Indonesia. Di Indonesia, bank syariah pertama baru lahir tahun 1991 dan beroperasi secara resmi tahun 1992. Setelah terbukti mampu bertahan pada masa krisis 1998, barulah pemerintah mengeluarkan UU No.10 Tahun 1998 yang memperbolehkan bank melakukan transaksi syariah (dual banking system). Sejak itulah banyak bermunculan bank-bank syariah di Indonesia.

Saat ini perkembangan perbankan syariah di Indonesia semakin pesat dari sisi jaringan kantor sebagai efek dari meningkatnya kebutuhan masyarakat dengan layanan perbankan yang Islami. Statistik Perbankan Syariah (SPS) yang dipublikasikan BI menunjukkan bahwa sampai Oktober 2012, jaringan kantor dengan layanan syariah mencapai 2.574 unit dan jumlah bank syariah telah mencapai 191 unit. Dengan rincian 11 unit adalah Bank Umum Syariah (BUS), 24 unit bank sebagai Unit Usaha Syariah (UUS), dan 156 merupakan Bank Perkreditan Rakyat Syariah2[2]. Pertumbuhan jumlah dan jaringan kantor bank syariah tersebut di samping sesuai dengan potensi pengembangan perbankan syariah di sejumlah daerah, juga tidak terlepas dari kebijakan BI yang mendukung perluasan jaringan kantor syariah khususnya di luar ibukota provinsi. Dengan demikian jaringan perbankan syariah hadir di hampir sebagian besar provinsi di Indonesia

Global Islamic Financial Report (GIFR) tahun 2011 menunjukkan Indonesia menduduki urutan keempat negara yang memiliki potensi dan kondusifitas dalam pengembangan industri keuangan syariah setelah Iran, Malaysia dan Saudi Arabia. Dengan melihat beberapa aspek dalam penghitungan indeks, seperti jumlah bank syariah, jumlah lembaga keuangan non-bank syariah, maupun ukuran aset keuangan syariah yang memiliki bobot terbesar, maka Indonesia diproyeksikan akan menduduki peringkat pertama dalam beberapa tahun ke depan. Optimisme ini sejalan dengan laju ekspansi kelembagaan dan akselerasi pertumbuhan aset perbankan syariah yang sangat tinggi, ditambah dengan volume penerbitan sukuk yang terus meningkat.

Pengembangan keuangan syariah di Indonesia yang lebih bersifat market driven dan dorongan bottom up dalam memenuhi kebutuhan masyarakat sehingga lebih bertumpu pada sektor riil juga menjadi keunggulan tersendiri. Berbeda dengan perkembangan keuangan syariah di Iran, Malaysia, dan Arab Saudi, dimana perkembangan keuangan syariahnya lebih bertumpu pada sektor keuangan, bukan sektor riil, dan peranan pemerintah sangat dominan. Selain dalam bentuk dukungan regulasi, penempatan dana pemerintah dan perusahaan milik negara pada lembaga keuangan syariah membuat total asetnya meningkat signifikan. Keunggulan struktur pengembangan keuangan syariah di Indonesia lainnya adalah regulatory regime yang dinilai lebih baik dibanding dengan negara lain. Di Indonesia kewenangan mengeluarkan fatwa keuangan syariah bersifat terpusat oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) – Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang merupakan institusi yang independen. Sementara di negara lain, fatwa dapat dikeluarkan oleh perorangan ulama sehingga peluang terjadinya perbedaan sangat besar. Di Malaysia, struktur organisasi lembaga fatwa ini berada di bawah Bank Negara Malaysia (BNM), tidak berdiri sendiri secara independen.

Peningkatan peranan industri keuangan syariah Indonesia juga terlihat dalam meningkatnya ranking total aset keuangan syariah dari urutan ke-17 pada tahun 2009 menjadi urutan ke-13 pada tahun 2010 dengan nilai aset sebesar US$7,2 miliar2. Dengan melihat perkembangan pesat keuangan syariah, terutama perbankan syariah dan penerbitan sukuk, total aset keuangan syariah Indonesia pada tahun 2011 diyakini telah melebihi US$20 miliar sehingga rankingnya akan meningkat signifikan.

Perbankan Syariah Malaysia

Selama 30 tahun lebih, industri perbankan syariah di Malaysia telah mencapai kemajuan yang cukup pesat sejak berdirinya bank syariah yang pertama pada tahun 1983. Semenjak ditetapkannya peraturan Islamic Banking Act 1983 yang meliberalisasi sistem keuangan Islam, semakin banyak institusi keuangan Islam berdiri dan berkembang. Liberalisasi ini mendorong pada institusi keuangan global menjadikan Malaysia sebagai salah satu tujuan utama mereka dalam mendirikan usaha perbankan syariah.

Berbagai lompatan dari inisiatif dalam pengembangan sistem keuangan Islam di Malaysia ditunjukkan dengan kontribusi sektor keuangan Islam pada pertumbuhan ekonomi Malaysia yang cukup signifikan. Sektor keuangan Islam memberikan value-added pada gross domestic product (GDP) dengan tingkat rata-rata 32% per annum, dan berkontribusi sebesar 2,1% bagian dari GDP Malaysia pada tahun 2009, dibandingkan pada tahun 2000 yang hanya sebesar 0,3%. Hal ini juga meningkatkan jumlah lapangan kerja pada sektor keuangan Islam yang berkontribusi sebesar 11% dari total lapangan kerja sektor keuangan. Dari sisi internasional, Malaysia berevolusi menjadi salah satu pusat keuangan Islam internasional. Hal ini ditunjukkan dengan menjadi pasar sukuk terbesar di dunia dengan market share 65% (US$96 miliar tahun 2010)[3] dan masuk dalam top investment destinations for islamic funds.

Dalam penilaian Global Islamic Financial Report (GFIR) tahun 2011 yang tertuang pada Islamic Finance Country Index (IFCI), Malaysia menduduki peringkat kedua setelah Iran yang memiliki potensi dan kondusif dalam pengembangan industri keuangan syariah[4]. Penilaian ini berdasarkan beberapa aspek dalam perhitungan indeks, seperti jumlah bank syariah, jumlah lembaga non-bank syariah, maupun ukuran aset keuangan syariah yang memiliki bobot terbesar.

Sedangkan, apabila dilihat dari tabel Urutan Negara Berdasarkan Aset Syariah[5], Malaysia menduduki peringkat ketiga setelah Iran dan Saudi Arabia. Terlihat pada tabel tersebut, total aset keuangan syariah Malaysia meningkat dari US$86,2 miliar pada tahun 2009 menjadi US$102,6 miliar pada tahun 2010, walaupun peringkat tetap pada posisi ketiga. Melalui peringkat yang cukup tinggi ini menjadikan Malaysia termasuk global player dalam industri keuangan syariah dunia. Malaysia yang tergolong tinggi ini didorong oleh dukungan regulasi, penempatan dana pemerintah dan perusahaan milik negara pada lembaga keuangan syariah membuat total aset Malaysia tergolong besar.

Selain itu, tiga bank syariah Malaysia mampu menempatkan diri pada Urutan 25 Bank Syariah dengan Aset Terbesar 2009-2010[6]. Tiga bank tersebut antara lain, Bank Rakyat Malaysia yang berada pada urutan ke-15 pada tahun 2010, Maybank Islamic Berhad yang berada pada urutan ke-17 pada tahun 2010, dan CIMB Holdings yang berada pada urutan ke-23 pada tahun 2010.

Malaysia selalu berupaya mempertahankan dan mendorong terus pertumbuhan sektor keuangan Islam Malaysia. Upaya ini diwujudkan dalam langkah nyata dengan didirikannya Malaysia International Islamic Financial Centre (MIFC) pada tahun 2006. Dengan adanya MIFC ini telah meningkatkan ketertarikan komunitas global keuangan Islam. Agenda MIFC adalah menyajikan platform bagi Malaysia agar melakukan pencapaian yang lebih pada jasa keuangan Islam pada pasar domestik maupun regional. Selain itu, Malaysia juga mengembangkan kerangka standar internasional dan pengaturan regulasi melalui Islamic Finance Services Board (IFSB). Untuk melakukan transfer of knowledge didirikan pula pusat pengembangan pendidikan berbentuk universitas global, the International Centre for Education in Islamic Finance (INCEIF). Pada tahun 2010, juga didirikan International Islamic Liquidity Management Corporation (IILM) untuk memfasilitasi pengelolaan efisiensi pada likuiditas institusi keuangan Islam. Loncatan besar lainnya, yaitu didirikannya Bloomberg-AIBIM-Bursa Malaysia Sovereign Shariah Index (BMSSI) di awal 2011 untuk memfasilitasi perdagangan pada pasar sukuk.

Perbandingan

Bank syariah terbesar di Indonesia saat ini baru mampu membukukan aset sekitar US$5,4 miliar sehingga belum ada yang masuk ke dalam jajaran 25 bank syariah dengan aset terbesar di dunia.  Sementara tiga bank syariah Malaysia mampu masuk ke dalam daftar tersebut. Hal  ini  menunjukkan  bahwa  skala  ekonomi  bank syariah   Indonesia   masih   kalah   dengan    bank syariah  Malaysia  yang  akan  menjadi  kompetitor utama. Belum tercapainya skala ekonomi tersebut membuat  operasional  bank  syariah  di  Indonesia kalah efisien, terlebih sebagian besar bank syariah di  Indonesia  masih  dalam  tahap  ekspansi  yang membutuhkan  biaya  investasi  infrastruktur  yang cukup signifikan.

Dengan    menggunakan    indikator    rasio biaya       operasional       terhadap       pendapatan operasional  (BOPO)  pada  tiga  bank  sampel  untuk masing-masing    kategori    terlihat    bahwa    bank syariah masih kalah efisien dibanding dengan bank konvensional.   Namun   dari   sisi   net operational margin (NOM), beberapa bank syariah lebih  unggul.  Dari  sisi  profitabilitas,  return  on  asset  (ROA)  bank  syariah  lebih  kecil  dari  bank konvensional,  namun  dari  sisi  return  on  equity (ROE)  lebih  besar.  Hal  ini  menunjukkan  bahwa kondisi permodalan bank syariah relatif lebih kecil dibanding bank konvensional.

Kemudian apabila tiga sampel bank syariah tersebut dibandingkan dengan bank syariah di Malaysia  dan  Kawasan  Timur  Tengah,  terlihat  bahwa  indikator  BOPO  bank  syariah  di  Indonesia juga  lebih  tinggi  atau  masih  kalah  efisien.  Hal  ini  juga  terlihat  dari  indikator  net  operational margin (NOM) bank syariah di Indonesia yang masih sangat bervariasi dan secara rata-rata lebih tinggi dari bank syariah di Malaysia dan Kawasan Timur Tengah. Namun demikian, bank syariah di Indonesia  lebih  profitable  dibanding  dengan  bank  syariah  di  Malaysia  maupun  Kawasan  Timur Tengah,  terlihat  dari  tingginya  indikator  ROA  maupun  ROE .  Tak  heran  jika  banyak investor   asing   yang   tertarik   untuk   mendirikan   atau   membeli   bank   syariah   di   Indonesia. Profitabilitas  yang  tinggi  ini  tentunya  akan  mempercepat  akselerasi  pertumbuhan  aset  bank syariah di Indonesia sehingga dapat mencapai skala ekonomi yang efisien.

Kelemahan  lainnya  dalam  menghadapi  MEA  2015  adalah  diferensiasi  produk  keuangan syariah di Indonesia yang dinilai masih kurang. Hal ini disebabkan oleh faktor bisnis model industri keuangan syariah di Indonesia, khususnya perbankan syariah, yang lebih fokus pada pemenuhan kebutuhan di sektor riil dan sangat menjaga ‘maqasid syariah’. Hal ini berbeda dengan negara lain yang  peranan  produk-produk  di  sektor  keuangan  (pasar  uang  dan  pasar  modal)  lebih  dominan. Secara esensi, struktur pengembangan keuangan syariah di Indonesia akan lebih kuat dibanding dengan negara lain.

Kekurangan instrumen di pasar keuangan syariah tersebut berdampak pada pengelolaan likuiditas  perbankan  syariah.  Pengelolaan  likuiditas  perbankan  syariah  masih  mengandalkan mekanisme  Pasar  Uang  Antar  Bank  Syariah  (PUAS)  dengan  menggunakan  instrumen  Sertifikat Investasi  Mudharabah  (SIMA),  dan  melakukan  penempatan  di  instrumen  yang  diterbitkan  oleh Bank Indonesia, yakni FASBI Syariah dan SBI Syariah. Masih sedikit sekali portofolio penempatan pada instrumen sukuk. Tingginya porsi pengelolaan likuiditas perbankan syariah pada instrumen bank  sentral  menyebabkan  pengembangan  pasar  keuangan  syariah  menjadi  terkendala  dan mekanisme self adjustment menjadi kurang optimal.

Kendala lainnya yang perlu mendapat perhatian serius adalah upaya untuk memenuhi gap SDI dari tenaga kerja domestik agar tidak diisi oleh tenaga kerja asing. Perlu disadari bahwa salah satu  butir  kesepakatan  dalam  MEA  2015  adalah  freedom  of  movement  for  skilled  and  talented labours.  Hal  ini  merupakan  tantangan  yang  serius,  mengingat  pusat-pusat  pendidikan  dan pelatihan keuangan dan perbankan syariah berada di luar negeri seperti Bahrain, Uni Emirat Arab, dan   Malaysia.

Penutup

Seacara logika untuk mengurusi dan merebut pasar domestik saja para praktisi Perbankan syariah Indonesia saja  masih ‘gelabakan’, ini dengan kondisi sebagian besar target pasar adalah orang islam. Apalagi harus menargetkan dan merebut pasar ASEAN yang mana tambahan target pasarnya adalah mayoritas dari kalangan non muslim. Ditambah lagi dengan kompetitor dari negara lain yang memiliki persiapan, strategi, dan modal yang lebih mumpuni dibandingkan para paraktisi ekonomi islam di Indonesia. Sebagai contoh negara malaysia yang mendapatkan sokongan penuh dari pemerintahannya terhadap pengembangan perekonomian secara syariah, sedangkan di Indonesia?

Apakah dengan keadaan seperti ini MEA akan menjadi berkah bagi perbankan syariah Indonesia?Ataukah tunas perkembangan perbankan  syariah ditanah air akan sirna olehnya?

Sehingga pada akhirnya usaha untuk meng-upgrade diri sendiri, menularkannya pada orang lain dan seluruh masyarakat indonesia  dengan bantuan penuh pemerintah menjadi ujung tombak untuk mengubah status tidak siap menjadi siap menghadapi tantangan Masyarakat Ekonomi ASEAN yang akan kita songsong mulai 2015 kelak. Bersiaplah memanfaatkan, atau kita yang dimanfaatkan.

Referensi

Alamsyah, Dr. Halim. 2012. Perkembangan dan Prospek Perbankan Syariah Indonesia: Tantangan Dalam Menyongsong MEA 2015. (Ceramah Ilmiah Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI), Milad ke-8 IAEI, 13 April 2012).

Bank Indonesia: Statistik Perbankan Syariah Oktober 2012

http://www.bi.go.id

Blue Print Masyarakat ASEAN

Central Bank of Malaysia (Bank Negara Malaysia): Annual Report 2011.

Central Bank of Malaysia (Bank Negara Malaysia): Financial Sector Msterplan 2001.

Central Bank of Malaysia (Bank Negara Malaysia): Financial Sector Blueprint 2011-2020.

http://www.bnm.gov.my/index.php?ch=li&cat=islamic&type=IB&fund=0&cu=0

http://www.bnm.gov.my/index.php?ch=fs_mfs&pg=fs_mfs_bank&lang=en

www.asean.org


[1] Blue Print Masyarakat Ekonomi Asean

[2] Lihat Bagan 4

[3] Lihat Bagan 1 (Lampiran)

[4] Lihat Grafik 1 (Lampiran)

[5] Lihat Tabel 1 (Lampiran)

[6] Lihat Tabel 2 (Lampiran)

 

Lampiran

Bagan 1. Marketshare Sukuk berdasarkan Negara

 Grafik 1

 

 

 

 

 

 

Grafik 1. Islamic Finance Country Index (IFCI, 2011)

 Gambar 2

 

 

 

 

 

 

Tabel 1. Urutan Negara Berdasarkan Aset Syariah

 

gambar 3

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sumber: Maris Strategies & the Banker, 2010

Tabel 2. Urutan 25 Bank Syariah dengan Aset Terbesar, Tahun 2009-2010

gambar 4i

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sumber: Maris Strategies & the Banker, 2010

 

 

Tabel 3. Perbandingan Indikator Perbankan Syariah Antar Negara

 gambar 5

 

 

 

Tabel 4. Jaringan Kantor Perbankan Syariah

gambar 6

About azizonbinjamaan

CURRICULUM VITAE Name : Azizon Place and date of birth :Sungai Janiah, 3 oktober 1991 Gender : Laki-laki Religion :Islam Address : Sungai janiah, Kec. Baso. Kab. Agam, Sumatera Barat Phone : 081363253434 / 085766386868 Email : jauata_azizon@yahoo.com website : Azizonbinjamaan.wordpress.com Educational Background 1997-1998 : TK Ikan Sakti Sungai Janiah 1998-2004 : SDN. 20 Sungai Janiah 2004-2007 : MTsN Ampek Angkek Canduang (Junior High School) 2007-2010 : SMAN 1 Ampek Angkek (Senior High School) 2010-skrg : Economic Science, Faculty of Economic University of Indonesia Non-Formal Education Pengalaman Organisasi 2004-2005 : Wakil ketua OSIS MTsn Ampek Angkek Canduang 2004-Sekarang : Pengurus Inti Remaja Mesjid Darul Amal Sungai Janiah 2005-2007 : Ketua OSIS MTsN Ampek Angkek Canduang 2007-2008 : - Ketua II OSIS SMAN 1 Ampek Angkek -Wakil Ketua FSI SMAN 1 Ampek Angkek - Anggota KIR SMAN 1 Ampek Angkek 2008-2009 : - Ketua I OSIS SMAN 1 Ampek angkek, -Ketua FSI SMAN 1 Ampek angkek -Anggota Drama SMAN 1 Ampek Angkek. - Ketua PEER CONSELLOR Kec. Ampek Angkek 2010- sekarang : - Ketua angkatan 2009 Rumah Belajar Tsabita - Training ESQ di PRJ Jakarta -Anggota Salam UI - Staff SKIS FSI FEUI - Staff syiar Sahabat asrama UI - Peserta UISDP (Universitas Indonesia Student Development program) - Pengajar Master (Masjid Terminal Depok) - MHMMD Training “Menyongsong Masa Depan” - KADEPT SKIS FSI FEUI Kepanitiaan - Ikut Aktif dalam kepanitiaan kegiatan ramadhan Masjid Darul Aml Sungai Janiah Setiap tahunnya - Ketua II acara SMANIVA Bands festival Tingkat Sumatera Barat - Ketua pelaksana acara PENDAKI (pendidikan Dakwah Islam) SMAN 1 Ampek Angkek tahun 2009 - Ketua Pelaksana Acara SMANIVA peduli Gempa Sunbar tahun 2009 - Staff JDN Simposium 5th, Dari Jakarta hingga Jalur Gaza - Koordinator Blaster ( bincang Islam Asrama Tercinta) - Koordinator Kalam .com FSI FEUI ( Kajian Islam Contemporer) - Panitia KGTK 8 ( Kampus goes to kampuang) 8 IMAMI UI - Mentor P3A asrama UI Depok - PJ Perlap PTC ( Pimnas Training Center ) - Staff EO ISLC ( Indonesia Student Leadership Camp) 2011 - PO ( Proyect Officer) iComdev 2011 ( Islamic Community Development) Prestasi 2003 : 5 Besar kejuaraan lomba mata pelajaran tingkat SD se- Sumbar 2005 : Juara III lomba pionerrring Kab agam 2006 : Juara II LCT TVRI tingkat SMP/MTs se sumatera Barat 2008 : juara I Lomba Khutbah JumatMTQ kab, Agam Ke-33 2009 : -Seleksi ASE/SYC tingkat Nasional, - Juara III lomba Cerdas Cermat TAP MPR tingkat Sumatera Barat - Kafilah Kab. Agam dalam MTQ Sumatera Barat ke-33. 2010 : Juara I LCC tigkat SLTA se Sumbar dalam rangka memperingati 100 tahun Semen Padang 2011 : - Finalis SRD FEUI cabang PKM-K - Juara 2 Futsal Antar BO ) BSO se FEUI - Juara 1 STQ UI 2011 cabang Puisi - Juara 2 Lomba MTQ Mahasiswa Nasional XII Makassar 2011 - Penerima beasiswa Bidik Misi - Staff terbaik Departemen SKIS FSI FEUI Bulan September - Juara 2 Futsal Salam Cup UI - Semifinalis SELEB ( Syaria Economic Selebration) Cabang Olimpiade Ekonomi - Kontingen UI di TEMILNAS 2012 UIN SUSKA RIAU - Finalis Lomba Essay ekonomi syariah ICE LIGHT Perbanas 2012 Deskripsi singkat tentang diri saya Saya anak terakhir dari tiga bersaudara. Saya merupakan satu satuya dari keluarga saya yang mengecap pendidikan di pergurun tinggi. Saya merupakan anak yang lahir disebuah desa di daerah kec Baso Kab Agam Sumatera barat. Di desa tempat saya tinggal hanya sedikit yang bisa kuliah. Apalagi kuliah diperguruan tinggi seperti UI. Tercatat hanya dua keluarga yang kuliah di UI salah satunya keluarga saya. Keluarga yang satu lagi terasuk keluarga yang cukup mampu dan berasal dari kalangan yang cukup terpelajar, beda dengan latar belakang keluarga saya. Saya adalah anak yang lahir dari sepasang petani.Tapi saya sangat bangga, walaupun saya berasal dari keluarga yang biasa biasa saja tapi saya bisa kuliah di UI. Karena itu saya mesti harus sukses dan bisa membahagiakan dan berguna bagi orang tua saya, keluarga, masyarakat, agama dan bangsa Indonesia.

Tinggalkan komentar